Ya, selamat datang kembali dalam dunia dalam realita (Back sound suara petasan tahun baru), hehe. Perjumpaan kali ini gue mau bahas sesuatu yang berhubungan dengan angka 2 dan 7 kalau digabung 27 kalau ditambah (2+7) = 9 kalau dikurang (2-7) = -5, unsur kimia tingkat oksidasi 2 adalah Seng (Zn), tingkat oksidasi 7 adalah Nitrogen (N) dan 27 adalah Kobal..................... :)

Minggu, 27 Januari 2013
Hari Minggu yang padat, dimana itu adalah hari yang cukup produktif untuk ukuran akhir pekan. Hari itu penuh dengan gejolak, kalau kata rasa permen sih "nano-nano". Dibilang senang, ya senang, dibilang sedih ya sedih, dibilang pengalaman ya pengalaman. Memang setiap hari bahkan setiap waktu mempunyai kisahnya sendiri, dimana harus terjatuh tuk bangkit dan harus menggenggam erat tuk dapat bertahan disana. Gue memulai hari dengan penuh motivasi karena banyak kesempatan dan peluang yang ada di hari itu. Nyatanya kalau ibarat kata main Taken nih, gue berhasil ketemu Jin dan menang di ronde pertama kalah di ronde kedua dan kembali membalik keadaan di ronde ketiga. Dimulai memperjuangkan suatu harapan ketika bermodalkan 1 kotak yang diisi dengan 2 kotak kembali, yang kotak pertama berjumlah 2 buah dan kotak kedua berjumlah 7 buah. Senang rasanya mengingat hal itu, ibarat mimpi ya pengennya sih mimpi yang lama a.k.a bangun siang biar mimpinya lanjut terus (mumpung masih libur). Senyum, ya senyumnya yang terngiang, suara, ya suaranya yang menggetarkan perasaan. Namanya usaha, kalau kata lagu kan hidup berawal dari mimpi gantungkan yang tinggi agar semua terjadi. Dan pagi hari pun selesai.

Siang yang mendung, berkendara dari Selatan Kota Jakarta menuju Timur, berteduh di Jembatan Bilangan Pondok Bambu menuju Jatiwaringin. Disana... ya disana gue bertemu dengan seorang bapak yang berprofesi sebagai Loper Koran, ditemani suara hujan dan banyaknya koran yang bertanggalkan 27 karena memang hari itu tanggal 27, di sepedanya. dia mengundang gue tuk tertawa dan tersenyum bersama melihat atraksi Topeng Monyet di bawah jembatan itu. Sungguh, melihat bapak itu tersenyum mengingatkan gue kenapa gue harus bersedih, melihat dia berjuang kembali memompa semangat gue yang mungkin pada saat itu cukup kurang dan memudar, berhubung belum makan siang sepertinya saudara-saudara :)

Dan perjalanan pun berlanjut ( suara sistem kelistrikan dikombinasikan dengan sistem pengapian sepeda motor dan >bremmmmm< :) )...

Sore yang cerah dengan suatu kebanggaan, melakukan aktivitas ini adalah salah satu bentuk ucapan syukur atas apa yang telah diberikanNya. Gue manusia dan gue tidak dapat mengetahui kesalahan itu mau datangnya kapan, dan untuk kesempatan kali ini, terjadilah di lagu No. 9, (kalau di intro entri kali ini angka 9 itu masih ada unsur 2 dan 7nya loh hehe). Ya, lagu No.9, sebelumnya memang sudah ada briefing mengenai pertukaran urutan lagu dan memang masih ada yang mengganjal, namanya juga reflek dan memang kebiasaan melihat tata ibadah langsung memulai intro lagu, yang padahal bukan itu ketukan yang harus dimainkan. Terjadilah dan begitulah, walau di pertengahan lagu masih bisa merubah musik lagu itu ke musik aslinya, tapi apa daya ayam sudah digoreng dan nasi sudah matang, saatnya makan :)


Memang, sungguh penyesalan, dan memang penyesalan itu datang belakangan, melampiaskan kesedihan dengan keringat deras yang keluar saat berolahraga di malam hari, berotasi dan bergravitasi bersama bola basket. Kenapa malam itu gue bisa tidur dengan nyenyak dengan begitu banyak cerita dalam hari itu, karena letih? mungkin. Sejenak melupakan walau tak terlupakan dan selamat datang hari yang baru... :)

Terimakasih kisah. Cerita kelam mengingatkan tuk tak tenggelam, ketika muram bukan tuk menangis jeram. @DanFranHut , 27 Januari 2013 :)

"Sabar adalah bentuk kesadaran. Ketika sadar, seharusnya mau tuk bersabar. Sabar dan sadar, sadar dan sabar". Ini adalah penggalan tweet yang kemarin gue kicaukan dan bersyukur mendapat respon yang baik dari teman teman sekalian :)

Mungkin gue merasa, itu ungkapan saturasi yang muncul sejenak dalam realita dilema problematika hidup yang sedang gue jalani ini. Mencoba sesuatu hal yang baru, itu yang sedang gue perjuangkan (Berasa Pahlawan :)). Ketika sudah berharap banyak, tapi diPHPin sama orang/oknum, beuh sakit banget nget nget. Btw, disini gue mau ngebahas dalam konteks bukan galau karena cinta, tapi melamar tapi tak dilamar. Apakah itu?

Ya, gue libur sampai awal Maret, dan itu mungkin salah satu waktu libur yang cukup panjang yang pernah gue rasakan. Awal Hujan di bulan Desember, gue mencoba berpikir, apa yang mau gue perbuat selama libur itu, tercetuslah sebuah saran yang membentuk asa, bagaimana kalau mencoba kerja/magang? Nah, itu dia yang gue nanti, sebuah kegiatan yang selain menambah pengalaman, menambah isi dompet juga. Cantik sob! Gas Pol!

Semangat pun berkobar-kobar layaknya Goku lagi berantem Naruto, hehe. Ya, memang dari sekian banyak pilihan, gue mencari yang memang menarik hati, ceritanya gue punya pedoman "ikuti kata hati, maka temu-lah mimpi". Tapi ya, memang ini pengalaman baru, sebelum-sebelumnya gue sepertinya belum pernah mencoba hal baru ini, terakhir mungkin pas libur sekolah dulu, coba ngelamar di event PRJ, waktu itu ngeply ke distributor cokelat gitu deh. Ceritanya, dulu gue bermimpi, setiap pulang gawe, ngeboyong cokelat ke rumah, tapi apa daya, Jakarta memang keras :)

Ungkapan Jakarta memang keras terbesit kembali saat ini, ketika gue mencoba peruntungan di Kota Metropolitan ini (Berasa Perantau), apa daya memang persaingan sangat ketat. Waktu lalu gue melihat di DP bbm temen gue "ketika kamu malas-malasan, ada ribuan pesaing kamu sedang belajar". Wao, itu sejenak membuat tersentak dan membayangkan apa yang sedang gue lakukan saat itu, lagi guling-guling sambil main smackdown di kasur sama bantal (Kidding). Yaaaaah (Menghela napas dengan nada) (huft) (do = g) :)

Pelajaran juga sih buat gue, ketika ingin mendapat hasil yang membuat hati senang, memang harus melakukannya dengan sepenuh hati. Setiap hari akan jadi lebih baik, jika ada intropeksi diri. Nyatanya banyak hal yang gue temukan sebagai intropeksi diri gue pribadi selama liburan yang terus berganti hari.

Indahnya dunia terangnya pagi, kuucapkan selamat pagi, mari meraih mimpi :)


 Lama tak jumpa!
Selamat Tinggal 2012. Selamat Datang 2013!
Periksa kembali barang bawaan anda dan hati hati melangkah :)

Kali ini, gue mau membahas soal "Bahagia", yang dimana ide ini muncul setelah kemarin kebetulan bijak dan ngetweet di akun pribadi gue yang isinya adalah "Bahagia, tidak dijual, maka tidak bisa juga dibeli. Uniknya bahagia itu bisa diberikan". Sejujurnya inspirasi gue ngetweet waktu itu muncul, ketika bertepatan dengan tahun baru, yang dimana waktu itu ajangnya berkunjung ke rumah saudara dan diikuti dengan perbaikan gizi dan nutrisi sih sepertinya.Hehe.

Jadi kisahnya sih lebih menitikberatkan tentang kekeluargaan gitu deh, yang dimana bahagia itu adalah sesuatu yang tidak dihitung dengan besaran seperti harga tapi tetap menjadi cerita tersendiri mengapa itu sungguh bernilai. Yang kita ketahui sebelumnya, yang berharga biasanya bernilai, tapi disini yang bernilai malah sebaliknya. Memang, dalam kekeluargaan pasti ada waktu dimana kita memberi dan diberi, seketika kita memberi, dan tanpa disadari juga kita telah diberi. Semua itu bagai siklus yang tanpa ujung, saling melengkapi, saling menghormati dan saling mencintai.

Walau hanya sebatas waktu, tapi itu sungguh membuat tersanjung.
Terkadang tanpa disadari, termakannya waktu karena realita hidup, bertemu keluarga itu bagai emas dalam penambangan atau seperti goal dalam pertandingan. Sungguh bernilai dan begitu ditunggu-tunggu pastinya.

Sekian cerita kali ini, saatnya kini menatap dan mulai merintis keluarga yang baru, cari istri cari istri. Eh.... cari pacar maksudnya hehe. Kebuka deh jomblonya.:)




 ...Peace and Love...